SEMARANG, KOMPAS.com - Sikap Wali kota Semarang Soemarmo yang berkeras untuk menaikkan tarif RSUD Semarang hingga 100 persen, menuai protes mahasiswa, Selasa (15/3/2011). Puluhan Mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Semarang mengajukan protes dengan unjukrasa di kantor Wali kota Semarang. Menurut para mahasiswa, kenaikan tarif RSUD akan menyusahkan rakyat. "Apalagi yang naiknya hingga 100 persen, hanya pasien untuk kelas 2 dan kelas 3. Sedangkan kelas Utama, VIP, dan eksekutif hanya mengalami kenaikan 5-10 persen saja," kata Bari Pratama, koordinator aksi. Kenaikan tarif ini mengacu pada peraturan Wali kota Nomor 7 Tahun 2011, dan diberlakukan mulai tanggal 7 Maret 2011 yang lalu. Karena dilakukan mendadak, kebijakan itu mengundang protes komisi D DPRD kota Semarang. Johan Rifai, anggota Komisi D DPRD kota Semarang menyebutkan, kebijakan itu secara etika memiliki cacat karena tidak dikonsultasikan kepada DPRD lebih dulu. "Itulah sebabnya, kami mengundang RSUD untuk menjelaskan kenaikan itu. Dan dalam pertemuan, mereka berjanji akan menunda kenaikan tarif tersebut. Selain itu, tak ada sosialisasi terlebih dulu sehingga mengagetkan masyarakat," kata Johan. Sekarang kita telah membahas aspek-aspek Harga Jual Blackberry iPhone Laptop Murah, mari kita kembali kepada beberapa faktor lain yang perlu dipertimbangkan.
Direktur Utama dan Keuangan RSUD kota Semarang dr Sunardi Joko berkilah kenaikan tersebut dibutuhkan karena pihaknya kesulitan menutup biaya operasional. "Kami tentu tak berani menaikkan jika tak ada dasar hukumnya. Kami hanya mengacu kepada Perwal 7/2011," kata Sunardi. Wali kota Semarang Soemarmo menyebutkan, kebijakan menaikkan tarif itu disebabkan karena dalam sepuluh tahun terakhir RSUD tak ada kenaikan, padahal biaya operasional semakin tinggi. Namun ia mengakui, seharusnya ada konsultasi dengan DPRD. "Logikanya memang harus konsultasi dulu, kemudian ada sosialisasi. Tapi percayalah hal itu tak akan memberatkan masyarakat miskin karena mereka sudah dicover dengan Jamkesmas maupun Jamkeskot," kata Soemarmo. Pengakuan berbeda datang dari Yatik. Ditemui saat akan berobat, Selasa (15/3/2011) di RSUD Ketileng, warga Kedungmundu Semarang itu mengaku kaget dan tidak siap dengan kenaikan tersebut. Penyakit batuk menahun menyebabkan ia harus rutin ke RS. "Biasanya sekali jalan saya habis sekitar Rp 50 ribu termasuk transport dan obat. Tapi nggak tahu ini naiknya dua kali lipat sih," kata penjual makanan kecil di sekolah itu. Yatik mengaku tak memiliki Jamkesmas atau Jamkeskot karena tidak bisa memenuhi salah satu kriteria yaitu rumahnya berlantai tanah. Berdasarkan Perwal 7/2011 dan pantauan di lapangan, kenaikan tarif untuk poli spesialis dari Rp 9 ribu menjadi Rp 22 ribu. Poli Spesialis dari Rp 19 ribu menjadi Rp 44 ribu. Untuk rawat inap kelas 3 dari Rp 20 ribu menjadi Rp 40 ribu. Kelas 2 dari Rp 40 ribu menjadi Rp 80 ribu. Sedangkan kelas VIP dari Rp 110 ribu menjadi Rp 130 ribu.
Direktur Utama dan Keuangan RSUD kota Semarang dr Sunardi Joko berkilah kenaikan tersebut dibutuhkan karena pihaknya kesulitan menutup biaya operasional. "Kami tentu tak berani menaikkan jika tak ada dasar hukumnya. Kami hanya mengacu kepada Perwal 7/2011," kata Sunardi. Wali kota Semarang Soemarmo menyebutkan, kebijakan menaikkan tarif itu disebabkan karena dalam sepuluh tahun terakhir RSUD tak ada kenaikan, padahal biaya operasional semakin tinggi. Namun ia mengakui, seharusnya ada konsultasi dengan DPRD. "Logikanya memang harus konsultasi dulu, kemudian ada sosialisasi. Tapi percayalah hal itu tak akan memberatkan masyarakat miskin karena mereka sudah dicover dengan Jamkesmas maupun Jamkeskot," kata Soemarmo. Pengakuan berbeda datang dari Yatik. Ditemui saat akan berobat, Selasa (15/3/2011) di RSUD Ketileng, warga Kedungmundu Semarang itu mengaku kaget dan tidak siap dengan kenaikan tersebut. Penyakit batuk menahun menyebabkan ia harus rutin ke RS. "Biasanya sekali jalan saya habis sekitar Rp 50 ribu termasuk transport dan obat. Tapi nggak tahu ini naiknya dua kali lipat sih," kata penjual makanan kecil di sekolah itu. Yatik mengaku tak memiliki Jamkesmas atau Jamkeskot karena tidak bisa memenuhi salah satu kriteria yaitu rumahnya berlantai tanah. Berdasarkan Perwal 7/2011 dan pantauan di lapangan, kenaikan tarif untuk poli spesialis dari Rp 9 ribu menjadi Rp 22 ribu. Poli Spesialis dari Rp 19 ribu menjadi Rp 44 ribu. Untuk rawat inap kelas 3 dari Rp 20 ribu menjadi Rp 40 ribu. Kelas 2 dari Rp 40 ribu menjadi Rp 80 ribu. Sedangkan kelas VIP dari Rp 110 ribu menjadi Rp 130 ribu.
No comments:
Post a Comment