Thursday, May 12, 2011

18 Siswa Kebutuhan Khusus, Difasilitasi

Artikel berikut mencakup topik yang baru saja pindah ke tengah panggung - setidaknya tampaknya begitu. Jika Anda sudah berpikir Anda perlu tahu lebih banyak tentang hal itu, inilah kesempatan Anda.
PALANGKARAYA, KOMPAS.com - Sebanyak 18 siswa berkebutuhan khusus di Palangka Raya mengikuti pelaksanaan Ujian Nasional (UN) tingkat Sekolah Dasar sederajat.

Pengawas Sekolah Inklusif dan Luar Biasa, Ahmad L Madnia, di Palangka Raya, Kamis (12/5/2011) mengatakan, ke-18 siswa tersebut terdiri 14 anak kesulitan belajar/lambat belajar (H), dua anak penyandang tuna rungu (B), satu anak tuna daksa (D) dan satu anak penderita autis (F).

Dijelaskannya dari 18 siswa tersebut, lima siswa berasal dari SLBN 1, empat siswa dari SDN 3 Langkai, satu siswa dari SDN 11 Langkai dan sepuluh siswa dari SDN Langkai 12.

Menurutnya, pelaksanaan UN bagi siswa berkebutuhan khusus yang bersekolah di SLB secara umum sama dengan sekolah umumnya, namun secara bobot dan tingkat kesulitan soal berbeda dan UN tetap digelar di sekolah masing-masing.

Diakuinya selama ini perkembangan dari anak kebutuhan khusus terlebih lagi dengan ditetapkannya tiga SD umum sejak tahun 2007 sebagai penyelenggara pendidikan inklusif, mengalami kemajuan yang cukup signifikan dan menggembirakan.

"Karena sudah menjadi komitmen bersama untuk bisa memfasilitasi mereka (siswa berkebutuhan khusus, red) memperoleh pendidikan yang layak dan untuk mengikuti UN," kata Ahmad.

Benar-benar ide yang baik untuk menyelidiki sedikit lebih dalam subjek
. Apa yang Anda pelajari dapat memberikan kepercayaan diri yang Anda butuhkan untuk usaha di daerah baru.

Ia berharap ke depan selalu ada peningkatan terus menerus dan pembinaan baik dari segi sarana prasarana, guru dan pengawas serta stakeholder yang ada untuk selalu mendukung pendidikan inklusif, apalagi dengan Permen No 70 tahun 2009.

Kepala SLBN 1 Palangka Raya, Lilis Lismaya mengatakan secara materi pelajaran tetap sama dengan sekolah umum, namun bentuk soalnya lebih disederhanakan untuk soal UN SLB yang menyesuaikan kemampuan siswa.

Pihaknya tidak memaksakan siswa SLB untuk mengikuti UN, apalagi bagi siswa penyandang tuna grahita yang memiliki intelligence quotient (IQ) di bawah rata-rata.

Dari SLBN 1 sebanyak tiga orang yang mengikuti UN tahun ini, yakni dua oarng penyandang tuna rungu dan satu penyandang tuna daksa.

"Mereka tetap mengerjakan soal seperti biasa, tanpa harus dibantu pengawas karena mereka hanya memiliki keterbatasan dalam indera pendengaran dan tubuh," kata Lilis.

Kepala SDN 11 Langkai, Riap Susilawati, menuturkan, satu anak kebutuhan khusus dari sekolah tersebut merupakan penderita autis, yang mengikuti UN seperti biasa dan soal yang diberikan juga sama dengan siswa lainnya. "Hanya saja sewaktu ujian, anak tersebut kami bedakan ruangannya dengan anak-anak lain," kata Riap.

Ia mengungkapkan, keseharian dalam proses belajar mengajar, anak didiknya tersebut dapat mengikuti pelajaran, malah terkadang lebih cepat menguasai materi pelajaran yang diberikan dibanding teman-teman kelasnya.

Hingga saat ini, di SDN 11 Langkai tercatat sebanyak 36 anak kebutuhan khusus yang menempuh pendidikan dasar di sekolah tersebut.

Sebagai pengetahuan Anda tentang
terus tumbuh, Anda akan mulai melihat bagaimana
cocok ke dalam skema keseluruhan hal. Mengetahui bagaimana sesuatu berhubungan ke seluruh dunia juga penting.

No comments:

Post a Comment