Friday, September 23, 2011

Sopir Anggap Ada Pembunuhan Karakter

Ketika kebanyakan orang berpikir tentang
, apa yang terlintas dalam pikiran adalah biasanya informasi dasar yang tidak terlalu menarik atau bermanfaat. Tapi ada lebih banyak untuk
dari sekadar dasar.
JAKARTA, KOMPAS.com " Para sopir angkutan kota (angkot) D02 jurusan Ciputat-Pondok Labu beranggapan telah terjadi pembunuhan karakter terhadap profesi yang mereka jalani. Masyarakat mulai memandang sinis terhadap para sopir lantaran sejumlah kasus pemerkosaan yang terjadi di dalam angkot.

"Ini sudah pembunuhan karakter namanya kalau masyarakat berpikir kami punya perilaku buruk seperti itu," kata Mustaqim, pengemudi sekaligus pembina pengemudi angkot D02, mengatasnamakan rekan-rekannya di Cilandak, Jakarta Selatan, Jumat (23/9/2011).

Dia menerangkan, kasus-kasus yang terjadi sebenarnya akibat perbuatan oknum tertentu, bukan menjadi gambaran perilaku semua pengemudi. Kebanyakan sopir angkot yang di bawah pengawasannya, menurut Mustaqim, terpaksa ikut menanggung sanksi sosial.

"Masyarakat jadi curigaan dan sinis melihat kami. Mungkin dipikir kami sama seperti itu," keluh Mustaqim. Apalagi, banyak pengemudi angkot D02 adalah orangtua yang bertanggung jawab ke keluarganya.

Pemberitaan media yang kurang akurat disebutnya turut berperan memberikan pengaruh pada pandangan masyarakat. Mustaqim menjelaskan, seandainya media massa bisa lebih menggali informasi sebelum merilis ke publik, dampaknya tidak akan seperti ini.

Saya percaya bahwa apa yang Anda telah membaca sejauh ini informatif. Bagian berikut ini harus pergi jauh ke arah membersihkan setiap ketidakpastian yang mungkin tetap.

Mulai dari hal sederhana, kata Mustaqim, tanggal kejadian dan jumlah orang yang melakukan perbuatan itu saja pemerintah sudah salah. Mustaqim yang juga pemilik angkot D02 itu mengatakan, bahkan kronologi kejadian yang diulas media terus berubah dari hari ke hari.

Dia mengisahkan, kejadian sebenarnya terjadi pada tanggal 1 September, tetapi pihak keluarga korban baru melaporkan pada 13 September. Tertahannya pelaporan kejadian untuk waktu yang cukup lama dituding Mustaqim karena ada hal yang ingin ditutupi oleh korban.

"Dia sudah punya suami. Dia takut ketahuan punya pacar gelap, P," yang menurut Mustaqim adalah otak di balik tindak kejahatan itu.

Adapun pelaku pemerkosaan adalah P dan Y (sopir angkot), sedangkan dua tersangka lainnya tidak ikut. Keduanya langsung pulang setelah merampas ponsel dan uang Rp 50.000 milik korban di Ciputat.

Yang memiliki kesepakatan, lanjut Mustaqim, adalah P bersama kedua temannya. Sementara Y selaku sopir dihubungi dalam rangka menyewa angkot yang disopirinya.

"Yang dituntut keluarga korban waktu mencegat sopir saya dan lapor ke polisi adalah soal HP dan uang lima puluh ribu rupiah. Enggak tahu gimana sampai jadi kasus perkosaan," kata Mustaqim, yang mengaku berada di lokasi dan turut mendampingi Y saat diseret ke pos polisi Fatmawati, Cilandak.

Itulah alasannya mengapa si sopir tidak melarikan diri sebagaimana tiga tersangka lainnya. Sebab itu, dia menyayangkan pelaku utama tindak asusila tersebut diarahkan pada sang sopir lantaran korban terkesan ingin melindungi P yang dikenal dekat olehnya.

Cukup mengetahui
untuk membuat padat, memotong informasi pilihan di atas faktor ketakutan. Jika Anda menerapkan apa yang baru saja belajar tentang
, Anda seharusnya tidak perlu khawatir.

No comments:

Post a Comment